Radikalisme, Agama dan demokrasi
Tindakan radikal yang
selalu disangkut pautkan dengan agama bukanlah hal baru di negara yang telah
merdeka selama 69 tahun ini, bahkan masyarakat telah sangat terbiasa dengan
berbagai tindakan radikal terutama teror.
ISIS, Gafatar dan
berbagai tindakan terorisme lainnya tidak pernah terjadi pada masa pemerintahan
soekarno maupun soeharto. Ini membuat kita bertanya-tanya adakah keterkaiatan
antara kelompok radikal dan demokrasi yang telah kita terapkan saat ini.
Dapat pula kita lihat
betapa agama sering dijadikan dasar atas pembenaran tindakan radikal yang
berupa kekerasan di lingkup masyarakat. Agama yang sering dijadikan sebagai
dasar tindakan radikal ini adalah islam, berbagai golongan menganggap ‘islam’
yang ereka anut paling benar sedangkan yang lainnya salah dan harus
‘diberantas’ dengan salah satu cara yang mereka anggap benar yaitu, kekerasan.
Kebebasan demokrasi di
Indonesia sepertinya dimanfaatkan untuk disusupi oleh paham-paham radikal ormas
‘islam’ yang menentang sistem pemerintahan yang mereka anggap tidak benar dan
seharusnya merupakan sistem pemerintahan islam. Tindakan radikal yang satu ini
cenderung menawarkan sistem hukum Islam dan bahkan bentuk negara Islam, bukan
negara dengan dasar Pancasila.
Mengapa harus ada
radikalisme dari golongan agamis saat agama mengajarkan tentang kasih sayang
dan tolong menolong? Mengapa harus kasar jika Tuhan selalu menunjukan
pengampunan dan kelembutan yang sangat berlimpah? Mengapa harus mengadu otot
dan urat saat semuanya memiliki panggilan yang sama, manusia.
Pertanyaan ini
terngiang-ngiang dikepala saya saat diberikan judul mengenai radikalisme dan
agama. Radikalisme sendiri adalah suatu paham yang dibuat-buat oleh sekelompok
orang yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik secara
drastis dengan menggunakan cara-cara kekerasan. Sedangkan agama pun tak perlu
lagi saya jelaskan karena Indonesia sendiri merupakan negara yang mengakui
keberadaan tuhan dalam bukti pacasila pertama.
Layaknya menyayat hati
dan urat nadi sendiri kala mendengar pengrusakan rumah ibadah, perbedaan
perlakuan karena tidak berasal dari agama yang sama, demo besar-besaran
menghujat pemerintahan hingga melukai warga sipil serta aparat yang hanya
berusaha menjalankan tugasnya dan pengrusakan fasilitas umum. Semua hal-hal
tersebut dilakukan atas nama ‘agama’. Agama mana yang mengajarkan untuk
menghujat orang dan melakukan kerusakan diatas bumi ini? Saya rasa tidak
satupun yang mengajarkan sedemikian rupa.
Lantas hal apa yang
membuat mereka merasa dibenarkan untuk melakukan setiap tindakan ‘pengrusakan’
terebut? Pembelaan agama? Agama yang mana yang mereka bela dengan cara seperti
itu, membabi buta mengamuk dan merusak segala halang melintang yang menghalangi
jalan mereka. Pembelaan agama dengan mencontoh Nabi Muhammad SAW pada jaman
dahulu? Bahkan perang adalah hal terakhir yang ingin rasulullah lakukan apabila
sudah tidak ada jalan lain lagi. Merasa agamanya paling baik dan paling benar?
ALLAH SWT pun berfirman pada surah al-kafirun ayat 6 yang berarti untukmu
agamamu dan untukkulah agamaku.
Apakah para kaum radikal
tersebut entah berasal dari agama manapun tidak melihat bahkan mengerti? Saat
Nabi Muhammad SAW dengan halusnya menyuapi seorang Yahudi buta yang setiap
harinya menghina Islam dan menghina dirinya tepat didepan mukanya, apakah nabi
muhammad berhenti? Tidak, ia tetap datang pada keesokan harinya dan esok
harinya lagi untuk menyuapinya sampai akhir hayatnya tidak kurang satu hari
pun. Ketika Paus Fransiskus merangkul manusia berpenyakit dan menyuci kaki
tahanan muslim tanpa perasaan terendahkan atau terhina bahkan ia merasa bangga
karena telah menolong sesama. Saat seorang Mahatma Gandhi yang beragama Budha
membela sampai mati hak kaum muslim, membela hak umat yang perlu dibela tanpa
pandang bulu entah ia memiliki keyakinan yang sama dengannya atau tidak. Ketika
Bunda Theresa merawat kaum Hindu miskin.
Para tokoh besar
agama-agama tersebut menunjukan bahwa tidak peduli apapun agamamu, kau hanya
perlu bersikap baik dan bermurah hati karena tuhan menyuruhmu begitu. Apakah
para kaum radikal yang mengatasnamakan membela agama mereka telah melakukan
tindakan yang tepat dengan merusak dan mencaci maki bahkan hingga berperang?
Dari agama manakah mereka? Islam? Bukan, karena jika ia mengatasnamakan dirinya
Islam maka seharusnya ia seharusnya mengikuti contoh yang diberikan oleh Nabi
Muhammad SAW dengan tidak menghakimi orang tua Yahudi tersebut disaat ia
menghina Islam yang merupakan agama yang ia perjuangkan. Apakah kaum radikal
tersebut mengaku kristen? Bukan, apabila mengaku kristen maka seharusnya mereka
mengerti betapa Yesus yang mereka percayai sudah sebegitu rela berkorban bagi
semua dari mereka tanpa pandang bulu agar mereka menjadi umat yang penuh kasih.
Lantas, dari manakah mereka?
Agama yang mana? Umat yang mana?
Sumber :
Ika, Aprilia. 2016. Paus Fransiskus Basuh Kaki Migran Muslim. Dalam
www.kompas.co.id. Pada Kamis, 26 Mei 2016.
0 komentar:
Posting Komentar